Pages

Labels

Selasa, 17 Juli 2012

Fenomena Sosial dan Ekonomi Menjelang Datangnya Ramadhan

Bulan Ramadhan menghimpun segala keberkahan, kebaikan dan keutamaan di dalamnya. Bulan spesial yang di dalamnya diwajibkan bagi seluruh umat muslim untuk melaksanakan  ibadah puasa , sebagaimana tercantum dalam Rukun Islam yang ketiga “Berpuasa Sebulan dalam Bulan Ramadhan”. Berbagai manfaat dari ibadah puasa telah terbukti secara medis, bahkan dalam Al-Quran telah tentang manfaat puasa, “Berpuasa itu lebih baik bagimu, bila kamu mengetahuinya”. Manfaat-manfaat lainnya juga berpengaruh kepada kehidupan manusia.

Bulan Ramadhan yang penuh berkah, memberikan peluang ekonomi yang bagus pula bagi masyarakat. Geliat ekonomi bergejolak, walaupun umat Islam dilarang untuk makan dan minum dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Namun besaran konsumsi masyarakat tetap tidak terpengaruh. Bahkan cendrung meningkat, dan harga barang-barang pokok melonjak akibat permintaan yang besar dan aktivitas-aktivitas oknum penimbun sembako menjelang datangnya Bulan Suci Ramadhan. Akibatnya, operasi pasar menjadi jalan tengah yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasi melonjaknya harga kebutuhan pokok. Padahal aktivitas ekonomi makro dan distributor banyak dikuasai oleh masyarakat non-pribumi, dan tentunya keuntungan besar diperoleh para pelaku ekonomi kelas menengah keatas. Walaupun begitu fenomena ‘Pasar Dadakan’ atau ‘Pasar Ramadhan Musiman’ tetap menjadi berkah yang besar bagi masyarakat pribumi.

Idul Fitri yang diperingati pada satu syawal, merupakan merupakan puncak kemenangan setelah satu bulan melaksanakan ibadah puasa. Berbagai fenomena sosial banyak terjadi di Indonesia khususnya. Pertama, saya kutip dari Jakarta Globe, “As Idul Fitri Looms, Used Car Sales Rise , yaitu fenomena meningkatnya permintaan Mobil, yang mengisyaratkan bahwa masyarakat bersiap menyambut mudik tahunan pada akhir Bulan Suci Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Mungkin hal ini wajar karena beberapa wilayah di Indonesia terdapat arus urbanisasi menuju kota-kota yang geliat ekonominya maju, sehingga pada Hari Raya Idul Fitri menjadi waktu yang tepat untuk berkumpul kembali dengan keluarga masing-masing. Pertanyaannya, Mengapa fenomena ‘mudik’ ini hanya terjadi di Indonesia? Mengapa fokus arus mudik di Indonesia terfokus pada arus lintas daerah dari barat Jawa (Jakarta) menuju daerah-daerah di timur. Tinjauan analisis ini mencerminkan model pembangunan ekonomi masih terfokus Jakarta, dan perlu adanya desentralisasi pemerataan pembangunan ekonomi masyarakat. Jakarta tak cocok lagi sebagai ‘The Capital of Indonesia’! lebih cocok dijadikan sebagai pusar perekonomian nasional.

Kedua, ada pameo yang berbunyi ‘Belum berhari raya bila belum mengenakan baju baru’, akibatnya permintaan tekstil dan konveksi meningkat drastis menjelang Hari Raya Idul Fitri. Keadaan masyarakat awam yang belum memahami hakikat hari kemenangan akan kesederhanaan dan pensucian jiwa. Cendrung belum merasa berhari raya bila belum mengenakan pakaian baru. Lumrah, bila manusia ingin tampil lebih menarik, tapi adalah hal yang janggal bila terlalu berlebihan dan cendrung konsumtif. Sedangkan di sisi belahan bumia yang lain masih terdapat umat muslim yang menderita dan kelaparan.

Untuk itu marilah kita menyambut Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1433 Hijriah ini dengan kebersahajaan serta terus bermuhasabah memohon ampunan di Bulan yang penuh berkah ini. Wallahualam

0 Coment:

Posting Komentar