Pages

Labels

Rabu, 29 November 2017

Melacak Perdagangan Kelapa Indragiri Hilir

Hasil telaah awal untuk mengetahui aliran barang dan perdagangan kelapa di masa lalu. Saya mengawali dengan mencoba menelusuri melalui telaah pustaka tentang perekonomian di masa lalu. Referensi pertama yang saya lihat adalah buku Anthony Reid, "Southeast Asia in the Age of Commerce 1450 –1680", dengan ruang lingkup awal era merkantilisme referensi ini menjelaskan bagaimana daerah Asia Tenggara menjadi jalur perdagangan maritim yang penting di masa itu. Reid menyebut dari 1450 sampai 1680 sebagai "Age of Commerce" atau Era Perdagangan di Asia Tenggara, sebuah periode yang dicirikan tidak hanya dengan meningkatnya hubungan perdagangan internasional, tapi juga oleh pertumbuhan kota di seluruh daratan Asia Tenggara dan perluasan aktivitas kewirausahaan. Di pertengahan abad keenam belas, Reid berpendapat, setidaknya ada enam kota perdagangan dengan populasi lebih dari 20.000 orang serta beberapa hampir memiliki populasi lebih dari seratus ribu. Dalam referensi ini tidak ada disebut tentang kelapa, apalagi sebagai komoditas perdagangan ekspor.

Karena di masa awal merkantilisme tidak ditemui kelapa sebagai komoditas perdagangan. Lalu saya mencoba merujuk kepada referensi kedua tentang perekonomian di era kolonialisme. Perlu diawali dengan pelurusan, apakah benar kita dijajah selama 350 tahun? Bila pengertian penjajahan adalah aneksasi penuh, atau kekuasaan administratif menyeluruh dari suatu bangsa terhadap bangsa lainnya hal ini tidak benar. Belanda tidak memiliki personil, logistik, dan alat pemaksa untuk langsung menguasai nusantara secara keseluruhan saat awal kedatangannya. Ungkapan penjajahan selama 350 tahun itu ciri khas historiografi nasionalistik untuk mengobarkan resistensi terhadap penjajahan asing, namun hal terpenting saat ini agar ilmu sejarah berkembang dan memberi makna terhadap masyarakat adalah dikaji secara saintifik, sehingga dapat berangkat dari kelemahannya selama ini (akan dibahas di lain waktu, semoga bisa insyaAllah).

Referensi pustaka kedua adalah buku Anne Booth, "Colonial Legacies: Economic and Social Legacies in East and South East Asia". Buku ini mencoba menelaah secara komparatif terkait perkembangan ekonomi dan sosial daerah kolonial di wilayah Asia Timur dan Tenggara terutama pada abad ke-19 sampai menjelang transisi menuju kemerdekaan. Hasil telaah referensi ini sama, nihil belum menemui kata kelapa disebut sebagai hasil pertanian atau produk industri yang menjadi komoditas perdagangan. Contohnya ketika kebijakan liberalisasi ekonomi Belanda di akhir abad ke 19 yang membuka arus investasi terhadap perkebunan di Pantai Timur Sumatera (Sumatera Oost Kust), lebih banyak masuk untuk perkebunan kopi, tembakau, dan gula. Satupun tidak disebut tentang kelapa. Sedari awal saya sudah menyadari bahwa kelapa bukanlah komoditi primadona dibandingkan dengan hasil pertanian lainnya baik di masa dulu maupun saat ini, namun ketika daerah Indragiri Hilir telah menjadi kluster sentra kelapa dunia, hal ini merupakan ciri khas identifikasi dari Inhil.


Hipotesa awal dari pertanyaan sejak kapan kelapa menjadi komoditas perdagangan dan industri?Kemungkinan dapat dilacak di era setelah kemerdekaan. Sampai saat ini sumber yang dapat saya peroleh adalah data statistik yang dikeluarkan oleh BPS-RI tahun 1984 dan 1986 tentang bongkar muat barang antar pulau dan internasional di Indonesia. Data ini menunjukkan aliran barang antar pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah manajerial PT. Pelabuhan Nusantara Indonesia (Pelni). Sumber ini berasal dari otoritas resmi meskipun tidak semua pelabuhan mengirimkan data, namun tetap dapat diinterpretasikan.

Source: BPS-RI
Gambar 1. Bongkar Muat Barang Angkutan Antar Pulau dan Luar Negeri Menurut Jenis Barang (BPS-RI)
Catatan pergerakan kelapa melalui pelabuhan mencapai angka 258.559 Ton. Kelapa dan kopra merupakan hasil perkebunan dengan jumlah muatan angkutan terbanyak keempat setelah minyak kelapa sawit, gula, dan minyak goreng. Serta yang menarik pada tabel selanjutnya ditemukan bahwa 100% dari total angkutan muatan angkutan kelapa nasional ke luar negeri sejumlah 45.800 Ton semuan berasal dari Pelabuhan Tembilahan - Indragiri Hilir.

Gambar 2. Bongkar Muat Barang Angkutan Antar Pulau dan Luar Negeri Menurut Jenis Barang (BPS-RI), terlihat untuk Kelapa dan Kopra yang dimuat untuk diekspor berasal dari Tembilahan dan merupakan keseluruhan angkutan kelapa ke luar negeri dari semua pelabuhan di Indonesia
Demikian sampai saat ini referensi yang dapat ditelaah, dan sumber-sumber yang dapat saya peroleh. Jauh dari kata maksimal, sebagaimana penulisan-penulisan sejarah sosial ekonomi lainya. Semisal contoh sederhana buku Sejarah Sosial Ekonomi Pantai Utara Jawa pada Masa Kolonial Belanda yang ditulis oleh dosen Unnes Semarang, dirampungkan selama dua puluh tujuh tahun dengan menggunakan prosedur penelitian sejarah mulai dari heuristik sampai interpretasi, serta melalui empat tahap studi terpisah yang semuanya mendapat dana riset. Apalah daya analisa saya yang hanya bermodal semangat saja dan dalam waktu yang masih singkat ini.

0 Coment:

Posting Komentar